Senin, 15 Februari 2010

Minggu, 07 Februari 2010

MUSIK PERSEPSI


Sebagai salah satu cabang dari seni, musik sebagai seni mempunyai sebuah bahasa dan kosakata tersendiri. Ketentuan pokok dalam etika berbahasa seperti reading, writing dan speaking merupakan sebuah kepentingan yang juga dimiliki oleh musik. Sebagai seorang yang mau belajar tentangnya haruslah melalui proses reading, writing dan speaking sebagai salah satu etika berbahasa.
Dalam musik reading merupakan kemampuan membaca symbol – symbol notasi yang dalam bahasa disimbolkan dengan huruf A, B, C, D …dst yang popular disebut dengan abjad. Sama halnya dengan writing, dalam musik merupakan kemampuan untuk membaca berbagai macam symbol notasi ( not balok, tabulasi dll ), dan kemampuan speaking merupakan kemampuan bicara oleh mulut sebagai penerjemahan dalam bahasa dalam musik speaking merupakan kemampuan berbicara oleh alat instrument pengganti mulut yaitu gitar, piano dan alat – alat musik yang lain.
Secara praktis unsure – unsure pembentuk musik adalah ritme, melodi dan harmoni secara kontruksi utuh yang apabila unsure – unsure tersebut salah satu absen maka pengataannya bahasa sehari – hari biasa disebut dengan bunyi bukan musik, contoh apabila kita bermain lead melodi gitar elektrik di dalam kamar, suara yang dihasilkan hanyalah bunyi yang mewakili unsure melodi saja dalam musik dan apabila kita mendengarkan sebuah group band musik utuh dimana gitar mewakili unsure melodi, drum mewakili ritme dan keyboard dan vocal mewakili harmoni, kesatuan tersebutlah yang bisa dikatakan sebagai musik.
Secara pendidikan tentang etika, musik memberikan sedikit banyak pelajaran didalamnya tentang interpertasi ( penjiwaan ). Interpertasi dalam musik disimbolkan dengan symbol allegro, messopiano, forte, pianissimo symbol – symbol tempo dan artikulasi ( tanda baca ) dalam memainkan sebuah reportoar musik. Interpertasi dalam bahasa sehari – hari biasa disebut dengan senang, sedih, gundah, iri dsb, musik sebagai bahasa bunyi mengemas sedemikian rupa sebagai pengontrol pemainnya dalam ber-etika.
Bagi saya musik dengan segala macam bentuk simbolisasinya didalamnya termuat bentuk bagaimana seharusnya kita dapat menjalankan etika sebagai pengontrol dalam kehidupan sosial yang seharusnya. Dengan segala aspek estetika yang terkandung didalamnya musik sedikit banyak memberikan kontribusi dalam pembawaan emosi bagi pemainnya maupun pendengarnya. Sebagai wacan yang mungkin baru dalam sebuah pertunjukan musik beraliran dangdut koplo, tidak banyak dari penontonnya anarkis, chaos bahkan melakukan tindak – tindak criminal seperti tawuran, pemukulan dsb sebagai wujud hentakan musik keras, membingungkan, cepat yang dapat menimbulkan efek emosi berbeda bagi pendengarnya.
Terlepas dari kebutuhan – kebutuhan simbolisasi dalam musik, musik sebagai wujud dari belantara estetika yang merupakan bagian dari tuntutan hidup manusia yaitu ilmu pengetahuan, etika dan estetika merupakan sebuah alternative tersendiri bagi kita sebagai media pengembangan ilmu pengetahuan dan moralitas ber- etika. Diharapkan selain sebagai budaya tersendiri dalam estetika, musik juga dapat memberikan sesuatu dalam hal bagaimana seharusnya kita ber-etika dalam kehidupan, dan bagaimana musik sebagai ilmu pengetahuan dan sebagai penghantar bagaimana kita menyikapi ilmu pengetahuan secara disiplin dan perintah khusus dari agama sebagai syarat kesuksesan kita dalam berbakti didunia.