Minggu, 03 Januari 2010

Sebuah Persepsi ‘ TALK LESS DO MORE ‘


Sebuah kata yang dijadikan slogan oleh salah satu perusahaan rokok ternama ini secara etimologi maupun terminology mempunyai falsafah definisi kata yang bisa dianggap penuh dengan makna besar yang dalam.
Secara simbolis dalam sebuah portal iklan rokok tersebut, ungkapan kata tersebut di – iconkan oleh objek manusia yang berprofesi sebagai seorang pelaku musik yang produktif, creative secara artistic maupun entertainment dan komersial.
Secara persepsi kata – kata tersebut yang mempunyai dasar dari bahasa inggris bukan british ini mempunyai kedalaman arti yang patut dihargai dalam dunia seni. Tanpa memikirkan sebuah doktrinitas iklan produk sebagai misi utama fungsi terbentuknya slogan tersebut, music sebagai salah satu cabang dari seni yang menghasilkan sebuah produk karya secara bahasa Indonesia slogan kata tersebut mempunyai definisi sedikit bicara banyak bekerja.
Bekerja yang dimaknai secara lebih mendalam dalam dunia seni bisa diartikan sebagai Berkarya. Jadi secara konteks bahasa dalam definisi seni pengertian dari slogan tersebut adalah sedikit bicara banyak berkarya.
Seni sebagai salah satu bidang yang merupakan unsur pembentuk sebuah kehidupan yang konsumtif selalu berjalan mengikuti jaman dan berusaha menjadi bunglon di setiap performanya. Tetapi idealisasi dari seorang pelaku seni adalah tanpa batas dan karya sebagai media tolak ukur sang pelaku seni tersebut.
Tepat diawal tahun tanggal 01 Januari 2010, saya sebagai anggota dari sebuah komunitas berlabelkan seni, menghadiri sebuah meeting yang diadakan secara rutin pada pukul 20.00 bbwi. Waktu menunjukkan jam 20.10 bbwi saya baru datang dalam acara pertemuan tersebut. Dengan sedikit rasa segan karena datang terlambat saya pun masuk dalam forum diskusi dan mencoba mengikuti arah bicara dalam forum kecil tersebut.
Job atau sebuah proyek baru, pembagian proyek , pengajuan proposal, dan statement – statement bagaimana komunitas saya ini dapat memenangkan proyek tersebut adalah tema diskusi malam itu. Berbagai pendapat diajukan dari setiap personality sebagai pengutaraan kelebih baikkan alternative jalan yang akan ditempuh pada saat pra-proyek maupun in proyek. Kemasan proposal, strategi bagaimana cara berdiplomasi dan pendekatan – pendekatan kepada yang berwenang merupakan kajian utama dalam diskusi tersebut.
Mereka ( anggota komunitas yang lain ) saya rasa menjadikan sebuah kepiawaian strategi diplomasi dalam sebuah kemenangan tender dan diplomasi bagi mereka merupakan salah satu strategi mutlak yang harus dijalani dalam meraih kemenangan tender.
Dalam konteks TALK LESS DO MORE yang bagi saya dapat mewakili slogan dalam dunia seni yang dibandingkan dengan komunitas seni yang saya ikuti ini sangat jauh bertolak belakang. Dimana dalam komunitas yang saya ikuti penekanan – penekanan terhadap penyebaran issu – issu sosial pra event dan diplomasi – diplomasi berteknik tinggi adalah tolak ukur mereka. Secara empiric personal, secara persepsi kemampuan akan penyebaran issu adalah kajian ilmu dalam bidang politik dan diplomasi – diplomasi dramatic dengan kemampuan kosakata yang hebat atau bisa dibilang dengan kemapuan beristilah istilah rumah kata adalah kemampuan ahli dalam bidang ilmu sastra yang dijadikan wacana reverensial dan penumbuhan jiwa skeptis dalam dunia jurnalistik.
“ Perlukah seorang pelaku seni belajar tentang ilmu – ilmu diplomasi rumah kata tersebut ? “
Belajar merupakan sebuah kewajiban hidup bagi setiap manusia, apalagi dalam konteks agama saya, seorang muslim wajib menuntut ilmu dengan sebaik – baiknya. Tidak ada sebuah dinding besar yang membatasi setiap orang untuk selalu belajar. Tetapi sebelum apa yang dipelajari dapat di aplikasikan dalam kehidupan bermasyarakat secara persepsi kita harus menyelesaikan sebuah tanggung jawab terhadap apa yang dipelajari tersebut dahulu sebelum mempelajari ilmu atau pelajaran yang lain.
Sebagai seorang pelaku seni yang bertolak ukur akan sebuah karya apakah anda bisa menjawab pertanyaan – pertanyaan dibawah ini.
- Apakah anda sudah pernah berkarya ?
- Dalam satu hari berapa karya yang dapat anda hasilkan ?
- Apakah karya anda tersebut dapat dijadikan bahasa komunikasi anda dengan kehidupan sekitar anda ?
- Sampai dimana pengakuan akan karya anda ?
- Apakah karya anda sudah mencerminkan karakter anda ?
Apabila anda yang memposisikan diri sebagai pelaku seni dirasa tidak dapat menjawab beberapa pertanyaan dasar diatas sebaiknya lebih dalam lagi dalam mempelejari bidang anda sebelum anda melompat dalam pembelajaran bidang yang lain.
Rumah kata adalah istilah akan pendefinisian sebagian orang akan penjumlahan yang besar akan sebuah kosata. Rumah kata adalah istilah yang mempunyai arti besar bagi teman – teman yang menekuni dan perbrofesi dalam dunia jurnalistik atau seni olah kata lewat tulisan dan politikus dalam seni olah kata secara lisan. Dalam dunia seni diplomasi, birokrasi dan segala macam statement – statement menajemen adalah dengan karya. Tanpa banyak bicara kata – kata yang mungkin keluar dari mulut adalah karya. Konteks sebuah karya bagi seorang pelaku seni bukan hanya berasal dari kecapan lidah yang hanya menghasilkan kata – kata, tapi seni mencoba berkomunikasi lebih dalam lagi dengan menggunakan bahasa hati. Karya bagi seorang pelaku seni adalah suatu bahasa komunikasi aktif yang dapat menembus batas – batas toleransi diplomasi dan karya dijadikan senjata sebagai penerjang akan pintu birokrasi yang semakin lama kian tak bercelah ini.
Secara persepsi semangat idealis seni dalam komunitas yang saya ikuti secara persepsi bisa dibilang masih sebatas kulit muka saja. Bisa dibilang masih berposisi di dalam mulut saja bukan dirasakan dalam hati. Karya sebagai produk mutlak seorang pelaku seni merupakan bahasa komunikasi tersendiri dalam menarik persepsi orang lain dan memberikan pilihan serta resiko tersendiri bagi komposernya. Biarlah kita maju dengan karya, biarkan dan bebaskan orang menilai apa saja dan memberikan pilihan tentang seberapa tinggi kelayakan kita dan seberapa besar potensi, kemampuan serta kelebihan kita dengan yang lain. Mata yang kita punyai hanya bisa digunakan untuk melihat orang lain, dan hanya mata orang lain yang bisa melihat kita, Mulut berkemampuan menyampaikan sesuatu kepada orang lain tanpa bisa mengucapkan kata kepada diri sendiri akan sesuatu yang benar dan salah tetapi hati adalah indra diatas otak yang melakukan kemampuan komunikasi secara dwi fungsi, untuk kita dan untuk semua secara tulus dan telanjang akan segala keterbatasan – keterbatasan kita yang menjadikan sebuah rasa kasih dan pengertian orang lain terpancar bagi kita semua.
“ Sedikit bicara banyak berkarya ‘

Tidak ada komentar:

Posting Komentar